Lights Of Heaven - AppStarting KESEHATAN: Agustus 2011

Minggu, 28 Agustus 2011

Kurang Minum Termasuk Masalah Gizi

Air sebenarnya termasuk dalam unsur gizi yang sama pentingnya seperti karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Namun, hal ini sering terabaikan. Kurangnya asupan air dapat menyebabkan gangguan fisik berupa penurunan stamina, hilangnya konsentrasi dan mood, sakit kepala, bahkan pingsan.

Beberapa penelitian menunjukkan, masyarakat masih mengonsumsi air minum dalam jumlah yang kurang dibandingkan kebutuhannya. Penelitian di Hongkong pada orang dewasa menunjukkan, 50 persen subyek minum air kurang dari 8 gelas per hari. Di Singapura, kelompok remaja dan dewasa muda merupakan kelompok yang banyak mengalami kekurangan air. Sebagian besar wanita hanya minum 5-6 gelas air per hari, dan pria minum 6-8 gelas per hari.

Di Indonesia angkanya tidak jauh berbeda. Hasil penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (Thirst) tahun 2008 yang dipimpin Prof Hardinsyah dari Institut Pertanian Bogor menemukan 46,1 persen subyek yang diteliti mengalami kurang air atau hipovolemia ringan. Jumlah tersebut lebih tinggi pada remaja (49,5 persen) dibanding orang dewasa (42,5 persen).

Mengapa mereka kurang minum? Menurut Hardinsyah, mayoritas adalah faktor ketidaktahuan tentang fungsi air bagi tubuh. Alasan terbesar lainnya adalah kesulitan akses dalam memperoleh air minum.

Masalah air juga ditemukan di rumah sakit, baik pada pasien atau tenaga kesehatan. Penelitian Supriatmo tahun 2006 terhadap pasien anak diare di rumah sakit menunjukkan 82,4 persen mengalami kurang air. Sementara itu penelitian di Amerika Serikat, dari 170 subyek, sebanyak 5 persen dan 7 persen mengalami kurang air tingkat sedang dan ringan.


Air sebenarnya termasuk dalam unsur gizi yang sama pentingnya seperti karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Namun, hal ini sering terabaikan. Kurangnya asupan air dapat menyebabkan gangguan fisik berupa penurunan stamina, hilangnya konsentrasi dan mood, sakit kepala, bahkan pingsan.

Beberapa penelitian menunjukkan, masyarakat masih mengonsumsi air minum dalam jumlah yang kurang dibandingkan kebutuhannya. Penelitian di Hongkong pada orang dewasa menunjukkan, 50 persen subyek minum air kurang dari 8 gelas per hari. Di Singapura, kelompok remaja dan dewasa muda merupakan kelompok yang banyak mengalami kekurangan air. Sebagian besar wanita hanya minum 5-6 gelas air per hari, dan pria minum 6-8 gelas per hari.

Di Indonesia angkanya tidak jauh berbeda. Hasil penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (Thirst) tahun 2008 yang dipimpin Prof Hardinsyah dari Institut Pertanian Bogor menemukan 46,1 persen subyek yang diteliti mengalami kurang air atau hipovolemia ringan. Jumlah tersebut lebih tinggi pada remaja (49,5 persen) dibanding orang dewasa (42,5 persen).

Mengapa mereka kurang minum? Menurut Hardinsyah, mayoritas adalah faktor ketidaktahuan tentang fungsi air bagi tubuh. Alasan terbesar lainnya adalah kesulitan akses dalam memperoleh air minum.

Masalah air juga ditemukan di rumah sakit, baik pada pasien atau tenaga kesehatan. Penelitian Supriatmo tahun 2006 terhadap pasien anak diare di rumah sakit menunjukkan 82,4 persen mengalami kurang air. Sementara itu penelitian di Amerika Serikat, dari 170 subyek, sebanyak 5 persen dan 7 persen mengalami kurang air tingkat sedang dan ringan.


[ Read More.. ]

Kurang Minum Termasuk Masalah Gizi

Air sebenarnya termasuk dalam unsur gizi yang sama pentingnya seperti karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Namun, hal ini sering terabaikan. Kurangnya asupan air dapat menyebabkan gangguan fisik berupa penurunan stamina, hilangnya konsentrasi dan mood, sakit kepala, bahkan pingsan.

Beberapa penelitian menunjukkan, masyarakat masih mengonsumsi air minum dalam jumlah yang kurang dibandingkan kebutuhannya. Penelitian di Hongkong pada orang dewasa menunjukkan, 50 persen subyek minum air kurang dari 8 gelas per hari. Di Singapura, kelompok remaja dan dewasa muda merupakan kelompok yang banyak mengalami kekurangan air. Sebagian besar wanita hanya minum 5-6 gelas air per hari, dan pria minum 6-8 gelas per hari.

Di Indonesia angkanya tidak jauh berbeda. Hasil penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (Thirst) tahun 2008 yang dipimpin Prof Hardinsyah dari Institut Pertanian Bogor menemukan 46,1 persen subyek yang diteliti mengalami kurang air atau hipovolemia ringan. Jumlah tersebut lebih tinggi pada remaja (49,5 persen) dibanding orang dewasa (42,5 persen).

Mengapa mereka kurang minum? Menurut Hardinsyah, mayoritas adalah faktor ketidaktahuan tentang fungsi air bagi tubuh. Alasan terbesar lainnya adalah kesulitan akses dalam memperoleh air minum.

Masalah air juga ditemukan di rumah sakit, baik pada pasien atau tenaga kesehatan. Penelitian Supriatmo tahun 2006 terhadap pasien anak diare di rumah sakit menunjukkan 82,4 persen mengalami kurang air. Sementara itu penelitian di Amerika Serikat, dari 170 subyek, sebanyak 5 persen dan 7 persen mengalami kurang air tingkat sedang dan ringan.


Air sebenarnya termasuk dalam unsur gizi yang sama pentingnya seperti karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Namun, hal ini sering terabaikan. Kurangnya asupan air dapat menyebabkan gangguan fisik berupa penurunan stamina, hilangnya konsentrasi dan mood, sakit kepala, bahkan pingsan.

Beberapa penelitian menunjukkan, masyarakat masih mengonsumsi air minum dalam jumlah yang kurang dibandingkan kebutuhannya. Penelitian di Hongkong pada orang dewasa menunjukkan, 50 persen subyek minum air kurang dari 8 gelas per hari. Di Singapura, kelompok remaja dan dewasa muda merupakan kelompok yang banyak mengalami kekurangan air. Sebagian besar wanita hanya minum 5-6 gelas air per hari, dan pria minum 6-8 gelas per hari.

Di Indonesia angkanya tidak jauh berbeda. Hasil penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (Thirst) tahun 2008 yang dipimpin Prof Hardinsyah dari Institut Pertanian Bogor menemukan 46,1 persen subyek yang diteliti mengalami kurang air atau hipovolemia ringan. Jumlah tersebut lebih tinggi pada remaja (49,5 persen) dibanding orang dewasa (42,5 persen).

Mengapa mereka kurang minum? Menurut Hardinsyah, mayoritas adalah faktor ketidaktahuan tentang fungsi air bagi tubuh. Alasan terbesar lainnya adalah kesulitan akses dalam memperoleh air minum.

Masalah air juga ditemukan di rumah sakit, baik pada pasien atau tenaga kesehatan. Penelitian Supriatmo tahun 2006 terhadap pasien anak diare di rumah sakit menunjukkan 82,4 persen mengalami kurang air. Sementara itu penelitian di Amerika Serikat, dari 170 subyek, sebanyak 5 persen dan 7 persen mengalami kurang air tingkat sedang dan ringan.


[ Read More.. ]

Kenali Tanda Lain Dehidrasi

Dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh paling mudah ditandai dengan timbulnya rasa haus. Bila isyarat ini diabaikan, tubuh akan bereaksi dengan mengirimkan sinyal lain yang sering tidak kita sadari.

Dehidrasi ringan sampai sedang ditandai dengan mulut kering dan lengket, mengantuk, jumlah urin sedikit dan tubuh terasa lelah. "Kelelahan di siang hari, sakit kepala dan turunnya konsentrasi juga sering dialami kaum wanita yang sedang dehidrasi," kata dr.Saptowati Bardosono, Sp.GK, ahli gizi klinis dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Dehidrasi juga bisa menyebabkan tekanan darah menurun sehingga muncul rasa pusing di kepala ketika berdiri. "Jika sakit kepala jangan buru-buru minum obat, minumlah dua gelas air lalu tunggu sampai 20 menit, biasanya sakitnya hilang," saran dr.Saptowati.

Orang dewasa berusia 25-55 tahun setiap harinya membutuhkan 35 mililiter air per kilogram berat badan. Ini berarti jika orang berusia 30 tahun dengan berat badan 60 kg, membutuhkan 2100 milileter air atau setara dengan 8-10 gelas air.

"Selain melalui air minum, kebutuhan cairan ini juga terpenuhi lewat makanan yang mengandung air serta cairan yang dihasilkan dari metabolime tubuh sekitar 300 mililiter," kata dr.Luciana Sutanto, Sp.GK, dari program studi Ilmu Gizi FKUI Jakarta.

Luciana menambahkan, dehidrasi juga bisa terjadi akibat keringat berlebih, cuaca panas, aktivitas fisik yang berat, muntah, diare, atau penggunaan obat yang menyebabkan banyak kencing.


Dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh paling mudah ditandai dengan timbulnya rasa haus. Bila isyarat ini diabaikan, tubuh akan bereaksi dengan mengirimkan sinyal lain yang sering tidak kita sadari.

Dehidrasi ringan sampai sedang ditandai dengan mulut kering dan lengket, mengantuk, jumlah urin sedikit dan tubuh terasa lelah. "Kelelahan di siang hari, sakit kepala dan turunnya konsentrasi juga sering dialami kaum wanita yang sedang dehidrasi," kata dr.Saptowati Bardosono, Sp.GK, ahli gizi klinis dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Dehidrasi juga bisa menyebabkan tekanan darah menurun sehingga muncul rasa pusing di kepala ketika berdiri. "Jika sakit kepala jangan buru-buru minum obat, minumlah dua gelas air lalu tunggu sampai 20 menit, biasanya sakitnya hilang," saran dr.Saptowati.

Orang dewasa berusia 25-55 tahun setiap harinya membutuhkan 35 mililiter air per kilogram berat badan. Ini berarti jika orang berusia 30 tahun dengan berat badan 60 kg, membutuhkan 2100 milileter air atau setara dengan 8-10 gelas air.

"Selain melalui air minum, kebutuhan cairan ini juga terpenuhi lewat makanan yang mengandung air serta cairan yang dihasilkan dari metabolime tubuh sekitar 300 mililiter," kata dr.Luciana Sutanto, Sp.GK, dari program studi Ilmu Gizi FKUI Jakarta.

Luciana menambahkan, dehidrasi juga bisa terjadi akibat keringat berlebih, cuaca panas, aktivitas fisik yang berat, muntah, diare, atau penggunaan obat yang menyebabkan banyak kencing.


[ Read More.. ]

Jangan Sepelekan Rasa Haus

Rasa haus ternyata bisa jadi pertanda anda sudah mengalami dehidrasi dan ini merupakan sinyal tubuh mengalami defisit cairan. Perlu diketahui, tubuh merasakan haus lebih dari yang terasa di lidah. Karena itu, tak perlu menunggu sampai muncul rasa haus baru kita minum.

Rasanya tidak ada yang menyangkal peran air bagi tubuh. Seluruh bagian tubuh manusia selalu membutuhkan air dalam segala aktivitasnya, termasuk saat tidur. Pada manusia dewasa, sekitar 60-70 persen tubuhnya terdiri dari air, sementara pada bayi dan anak 80 persen tubuhnya terdiri dari air. Akan tetapi, tak banyak orang yang memperhatikan berapa liter air minum segar tanpa campuran apa pun yang sudah dikonsumsi dalam 24 jam.

Menurut Prof.Dr.Ir.Hardinsyah, Ahli Gizi dan Pangan dari Institut Pertanian Bogor, jumlah air yang dibutuhkan tubuh sangat bervariasi tergantung makanan yang dikonsumsi, suhu dan kelembaban lingungan, tingkat aktivitas, dan faktor lain. "Jumlah yang dikonsumsi harus seimbang dengan jumlah air yang dikeluarkan tubuh," katanya.

Air yang dibutuhkan tubuh kira-kira 2-2,5 liter (8-10 gelas) per hari. Jumlah kebutuhan ini sudah termasuk asupan dari air minum dan makanan. Sementara itu jumlah air yang dikeluarkan tubuh (melalui air seni, keringat, tinja, dan napas) sekitar satu liter per hari, tergantung suhu udara sekitar. Cairan tubuh juga akan lebih banyak keluar bila kita melakukan aktivitas yang lebih keras, seperti olahraga.

Bila tubuh kehilangan air lebih banyak dibandingkan dengan asupannya, akan terjadi dehidrasi. Tanda-tanda dehidrasi adalah rasa haus, air seni sedikit dan pekat, jumlah keringat sedikit, mulut kering, tubuh lemas, hingga kulit yang kehilangan kekenyalannya.

Pada tingkat yang lebih berat, tanda-tanda dehidrasi yang muncul akan lebih banyak lagi. Yaitu mata menjadi cekung, kulit pucat, ujung-ujung jari menjadi dingin karena aliran darah ke kapiler ini berkurang, dan denyut nadi melonjak dari cepat sekali menjadi lambat. Secara psikologis penderita juga menjadi apatis dan kesadarannya perlahan-lahan menurun.

"Kekurangan dua persen air tubuh bisa memicu gejala awal dehidrasi. Kehilangan 4-6 persen menimbulkan sakit kepala, pusing dan lemah. Bila sampai 12 persen hilang, fungsi gerak dan otot terganggu, sedangkan kekurangan air sebanyak 15-25 persen dapat berakibat fatal, sampai kematian," papar Hardinsyah.

Contoh konkret tentang bahaya kekurangan air bisa dilihat pada banyaknya jemaah haji yang meninggal lemas atau kehilangan kesadaran sehingga meninggal walau sebelumnya mereka tidak punya penyakit berarti. Pada umumnya mereka tidak siap dengan kondisi tanah suci yang panas dan kering yang memudahkan penguapan air tubuh.

Yang terjadi saat tubuh kekurangan air adalah sel-sel kekurangan energi siap pakai. Pakar air bagi kesehatan, Dr.F.Batmanghelidj, mengatakan, tubuh terdiri dari triliunan sel yang bahan dasarnya air, maka kekurangan pembentuk dasar (air) dari sel tersebut identik dengan kekacuan fungsi organ-organ tubuh.


Remaja Lebih Rawan
Jika dilihat dari perbandingan aktivitas, remajalah yang paling mudah terkena dehidrasi. Pasalnya, remaja umumnya banyak melakukan berbagai kegiatan, hingga aktivitas fisik pun meningkat drastis. Kegiatan-kegiatan tersebut menguras tenaga dan juga cairan tubuh.

Hal tersebut terbukti lewat penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) di tahun 2009 yang dipimpin Hardinsyah bekerjasama dengan tiga perguruan tinggi di Indonesia, yaitu IPB, Universitas Airlangga Surabaya, dan Universitas Hasanudin Makasar. Penelitian dilakukan di dataran tinggi dan rendah di beberapa kota di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Makasar, Lembang, Malang, dan Malino.

Hasil penelitian menunjukkan, 46 persen dari 1200 remaja dan dewasa yang diteliti mengalami dehidrasi ringan. Jumlah remaja yang mengalami dehidrasi ringan lebih tinggi (49,5 persen) dibandingkan dewasa (42,5 persen). "Selain banyak aktivitas, umumnya para remaja malas minum karena di sekolah mereka tidak terdapat toilet yang bersih," katanya.

Sedihnya, mayoritas responden (lebih dari 50 persen) mengaku tidak tahu guna air bagi tubuh dan tidak paham gejala dan akibat dehidrasi. Mereka hanya tahu rasa haus berarti kurang minum. Untuk masalah menahan pipis, semakin lama air seni ditahan, maka jumlah kotoran yang terkandung di dalamnya akan semakin banyak. Lama kelamaan ini bisa memicu berbagai penyakit, seperti infeksi saluran kemih atau batu saluran kemih.

Oleh sebab itu, selalu menyediakan waktu untuk minum air secukupnya demi menghindari bahaya dehidrasi, bahkan jauh sebelum tubuh mengirim sinyal peringatan berupa rasa haus. Selain itu, perlu diperhatikan juga bahwa yang dibutuhkan tubuh adalah air murni karena sifatnya yang mampu melewati batasan-batasan dan tidak diisi oleh zat lain yang memberi pengaruh bagi tubuh, seperti gula, kafein, pewarna, atau pemanis.
Rasa haus ternyata bisa jadi pertanda anda sudah mengalami dehidrasi dan ini merupakan sinyal tubuh mengalami defisit cairan. Perlu diketahui, tubuh merasakan haus lebih dari yang terasa di lidah. Karena itu, tak perlu menunggu sampai muncul rasa haus baru kita minum.

Rasanya tidak ada yang menyangkal peran air bagi tubuh. Seluruh bagian tubuh manusia selalu membutuhkan air dalam segala aktivitasnya, termasuk saat tidur. Pada manusia dewasa, sekitar 60-70 persen tubuhnya terdiri dari air, sementara pada bayi dan anak 80 persen tubuhnya terdiri dari air. Akan tetapi, tak banyak orang yang memperhatikan berapa liter air minum segar tanpa campuran apa pun yang sudah dikonsumsi dalam 24 jam.

Menurut Prof.Dr.Ir.Hardinsyah, Ahli Gizi dan Pangan dari Institut Pertanian Bogor, jumlah air yang dibutuhkan tubuh sangat bervariasi tergantung makanan yang dikonsumsi, suhu dan kelembaban lingungan, tingkat aktivitas, dan faktor lain. "Jumlah yang dikonsumsi harus seimbang dengan jumlah air yang dikeluarkan tubuh," katanya.

Air yang dibutuhkan tubuh kira-kira 2-2,5 liter (8-10 gelas) per hari. Jumlah kebutuhan ini sudah termasuk asupan dari air minum dan makanan. Sementara itu jumlah air yang dikeluarkan tubuh (melalui air seni, keringat, tinja, dan napas) sekitar satu liter per hari, tergantung suhu udara sekitar. Cairan tubuh juga akan lebih banyak keluar bila kita melakukan aktivitas yang lebih keras, seperti olahraga.

Bila tubuh kehilangan air lebih banyak dibandingkan dengan asupannya, akan terjadi dehidrasi. Tanda-tanda dehidrasi adalah rasa haus, air seni sedikit dan pekat, jumlah keringat sedikit, mulut kering, tubuh lemas, hingga kulit yang kehilangan kekenyalannya.

Pada tingkat yang lebih berat, tanda-tanda dehidrasi yang muncul akan lebih banyak lagi. Yaitu mata menjadi cekung, kulit pucat, ujung-ujung jari menjadi dingin karena aliran darah ke kapiler ini berkurang, dan denyut nadi melonjak dari cepat sekali menjadi lambat. Secara psikologis penderita juga menjadi apatis dan kesadarannya perlahan-lahan menurun.

"Kekurangan dua persen air tubuh bisa memicu gejala awal dehidrasi. Kehilangan 4-6 persen menimbulkan sakit kepala, pusing dan lemah. Bila sampai 12 persen hilang, fungsi gerak dan otot terganggu, sedangkan kekurangan air sebanyak 15-25 persen dapat berakibat fatal, sampai kematian," papar Hardinsyah.

Contoh konkret tentang bahaya kekurangan air bisa dilihat pada banyaknya jemaah haji yang meninggal lemas atau kehilangan kesadaran sehingga meninggal walau sebelumnya mereka tidak punya penyakit berarti. Pada umumnya mereka tidak siap dengan kondisi tanah suci yang panas dan kering yang memudahkan penguapan air tubuh.

Yang terjadi saat tubuh kekurangan air adalah sel-sel kekurangan energi siap pakai. Pakar air bagi kesehatan, Dr.F.Batmanghelidj, mengatakan, tubuh terdiri dari triliunan sel yang bahan dasarnya air, maka kekurangan pembentuk dasar (air) dari sel tersebut identik dengan kekacuan fungsi organ-organ tubuh.


Remaja Lebih Rawan
Jika dilihat dari perbandingan aktivitas, remajalah yang paling mudah terkena dehidrasi. Pasalnya, remaja umumnya banyak melakukan berbagai kegiatan, hingga aktivitas fisik pun meningkat drastis. Kegiatan-kegiatan tersebut menguras tenaga dan juga cairan tubuh.

Hal tersebut terbukti lewat penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) di tahun 2009 yang dipimpin Hardinsyah bekerjasama dengan tiga perguruan tinggi di Indonesia, yaitu IPB, Universitas Airlangga Surabaya, dan Universitas Hasanudin Makasar. Penelitian dilakukan di dataran tinggi dan rendah di beberapa kota di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Makasar, Lembang, Malang, dan Malino.

Hasil penelitian menunjukkan, 46 persen dari 1200 remaja dan dewasa yang diteliti mengalami dehidrasi ringan. Jumlah remaja yang mengalami dehidrasi ringan lebih tinggi (49,5 persen) dibandingkan dewasa (42,5 persen). "Selain banyak aktivitas, umumnya para remaja malas minum karena di sekolah mereka tidak terdapat toilet yang bersih," katanya.

Sedihnya, mayoritas responden (lebih dari 50 persen) mengaku tidak tahu guna air bagi tubuh dan tidak paham gejala dan akibat dehidrasi. Mereka hanya tahu rasa haus berarti kurang minum. Untuk masalah menahan pipis, semakin lama air seni ditahan, maka jumlah kotoran yang terkandung di dalamnya akan semakin banyak. Lama kelamaan ini bisa memicu berbagai penyakit, seperti infeksi saluran kemih atau batu saluran kemih.

Oleh sebab itu, selalu menyediakan waktu untuk minum air secukupnya demi menghindari bahaya dehidrasi, bahkan jauh sebelum tubuh mengirim sinyal peringatan berupa rasa haus. Selain itu, perlu diperhatikan juga bahwa yang dibutuhkan tubuh adalah air murni karena sifatnya yang mampu melewati batasan-batasan dan tidak diisi oleh zat lain yang memberi pengaruh bagi tubuh, seperti gula, kafein, pewarna, atau pemanis.
[ Read More.. ]

Air Minum, Jangan Kurang tapi Tidak Berlebih

Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Tidak ada satu pun reaksi kimia dalam tubuh dapat berlangsung tanpa adanya air. Itu sebabnya kekurangan air bisa membuat metabolisme dalam tubuh terganggu.

Untuk menjaga kesehatan, para ahli gizi menganjurkan kita untuk minum 8 gelas sehari atau sekitar dua liter. Banyak sedikitnya jumlah air minum yang harus kita konsumsi tergantung pada jenis aktivitas dan suhu lingkungan.

Bila Anda termasuk orang yang banyak beraktivitas di luar ruangan, kebutuhan air Anda tentu lebih banyak dibanding orang yang bekerja di ruangan ber-AC. Pekerja di lingkungan panas membutuhkan air sekitar 6 liter per hari.

Menurut dr.Parlindungan Siregar, Sp.PD-KGH, asupan air bagi tubuh ada aturannya, tidak boleh kurang juga tidak boleh terlalu banyak, terutama untuk mereka yang menderita penyakit gagal ginjal.

"Penyakit gangguan ginjal bisa berdampak pada asupan air minum. Pasien ginjal tidak boleh minum banyak air, jumlah maksimalnya adalah volume urin ditambah 500 ml, atau sekitar seliter setiap hari," papar dokter dari Divisi Ginjal Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Jakarta.

Pasien penyakit ginjal kronik stadium 2 dan 3 dianjurkan untuk berhati-hati mengonsumsi air dalam jumlah besar karena stadium ini cenderung mudah masuk dalam keadaan kelebihan cairan. Ciri kelebihan cairan adalah bengkak pada tubuh.

Ditambahkan oleh dr.Parlin, asupan air yang berlebih juga tidak dianjurkan di usia lanjut. Keadaan ini bisa menimbulkan hiponatremia yang bila berat dapat menurunkan kesadaran, kejang, bahkan kematian.

"Asupan air optimal pada orang lanjut usia adalah sebanyak seliter per hari. Namun perlu diketahui juga para lansia ini kepekaan rasa hausnya berkurang, sehingga mereka bisa tidak minum seharian tanpa merasa haus," paparnya.

Sementara itu pada orang yang sehat, sampai saat ini belum ada data tentang batas atas kebutuhan air pada orang sehat. Efek samping yang mungkin timbul akibat minum air dalam jumlah terlalu banyak adalah bolak-balik ke toilet atau timbul rasa mual.

Jadi, minum air putih yang baik adalah 2 liter dalam 24 jam. Pada jumlah ini, organ tubuh tak kewalahan mengolah cairan dan kita tetap merasa segar serta terhindar dari dehidrasi.

Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Tidak ada satu pun reaksi kimia dalam tubuh dapat berlangsung tanpa adanya air. Itu sebabnya kekurangan air bisa membuat metabolisme dalam tubuh terganggu.

Untuk menjaga kesehatan, para ahli gizi menganjurkan kita untuk minum 8 gelas sehari atau sekitar dua liter. Banyak sedikitnya jumlah air minum yang harus kita konsumsi tergantung pada jenis aktivitas dan suhu lingkungan.

Bila Anda termasuk orang yang banyak beraktivitas di luar ruangan, kebutuhan air Anda tentu lebih banyak dibanding orang yang bekerja di ruangan ber-AC. Pekerja di lingkungan panas membutuhkan air sekitar 6 liter per hari.

Menurut dr.Parlindungan Siregar, Sp.PD-KGH, asupan air bagi tubuh ada aturannya, tidak boleh kurang juga tidak boleh terlalu banyak, terutama untuk mereka yang menderita penyakit gagal ginjal.

"Penyakit gangguan ginjal bisa berdampak pada asupan air minum. Pasien ginjal tidak boleh minum banyak air, jumlah maksimalnya adalah volume urin ditambah 500 ml, atau sekitar seliter setiap hari," papar dokter dari Divisi Ginjal Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Jakarta.

Pasien penyakit ginjal kronik stadium 2 dan 3 dianjurkan untuk berhati-hati mengonsumsi air dalam jumlah besar karena stadium ini cenderung mudah masuk dalam keadaan kelebihan cairan. Ciri kelebihan cairan adalah bengkak pada tubuh.

Ditambahkan oleh dr.Parlin, asupan air yang berlebih juga tidak dianjurkan di usia lanjut. Keadaan ini bisa menimbulkan hiponatremia yang bila berat dapat menurunkan kesadaran, kejang, bahkan kematian.

"Asupan air optimal pada orang lanjut usia adalah sebanyak seliter per hari. Namun perlu diketahui juga para lansia ini kepekaan rasa hausnya berkurang, sehingga mereka bisa tidak minum seharian tanpa merasa haus," paparnya.

Sementara itu pada orang yang sehat, sampai saat ini belum ada data tentang batas atas kebutuhan air pada orang sehat. Efek samping yang mungkin timbul akibat minum air dalam jumlah terlalu banyak adalah bolak-balik ke toilet atau timbul rasa mual.

Jadi, minum air putih yang baik adalah 2 liter dalam 24 jam. Pada jumlah ini, organ tubuh tak kewalahan mengolah cairan dan kita tetap merasa segar serta terhindar dari dehidrasi.

[ Read More.. ]

playlist

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

FB comments