Lights Of Heaven - AppStarting KESEHATAN: Peneliti Remaja Temukan Obat Kanker Murah

Jumat, 20 Mei 2011

Peneliti Remaja Temukan Obat Kanker Murah

Colleger Radio- Dua peneliti muda tingkat sekolah menengah menemukan metode pengobatan kanker hemat biaya.

Metode tersebut dikembangkan Matius Feddersen dan Blake Marggraff dari Lafayette, California. Keduanya melakukan teknik pengobatan dengan cara menempatkan logam timah di dekat tumor sebelum terapi radiasi.

Penemuan duo remaja tersebut pun diganjar Gordon E Moore Award, sebuah penghargaan utama dalam Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF). Menurut situs Society for Science, selain pengakuan internasional, Feddersen dan Marggraff juga berhak atas uang USD75 ribu atau setara dengan Rp644 juta lebih (satu dollar Rp 8592,5).

Ajang ini membagikan berbagai penghargaan dalam beragam kategori, yaitu Intel Foundation Young Scientist Award, Nobel Prize Ceremony Trip, Grand Award (pemenang pertama hingga empat dari 17 kategori ilmiah), dan penghargaan “Best Of” untuk setiap kategori.

Michael Zaiken yang berusia 18 tahun dari Rochester, Minnesota, AS juga mendapatkan penghargaan. Dia meraih Grand Award untuk pertama kalinya berkat penemuan berupa mekanisme yang membuat sel kanker tertentu resisten terhadap semua bentuk pengobatan.

“Benar-benar luar biasa dan tak tergambarkan. Saya sudah mengikuti pameran ilmu pengetahuan selama enam tahun dan ini adalah pertama kalinya saya mendapatkan penghargaan. Meraih penghargaan dan bersaing di sini adalah pengalaman mengesankan,” kata Zaiken seperti dikutip dari situs Huffingtonpost, Selasa (17/5/2011).

Dalam penemuan tersebut, Zaiken mengukur jumlah dari dua protein yang berbeda yang dihasilkan dalam sel kanker setelah memperlakukan mereka dengan obat kemoterapi. "Ini memungkinkan saya untuk mengetahui bahwa salah satu sinyal memanipulasi sinyal lainnya sebagai metode untuk menekan sel alami kematian,” jelasnya.

Menurut Zaiken, mekanisme ini bisa dipelajari oleh para ilmuwan untuk menemukan cara dalam memerangi kanker.

Sementara itu, Smita Shukla dari Rutland, Massachutes, AS yang juga berusia 18 tahun mengatakan, ini merupakan tahun keduanya di ISEF. Dia sudah tiga tahun bersaing menggunakan proyek yang difokuskan pada obat kemoterapi. Sejauh ini, penelitian Shukla telah menyelamatkan kehidupan tiga orang.

Intel ISEF merupakan program yang berafiliasi dengan Society for Science and the Public. Ia merupakan kompetisi ilmu pengetahuan tingkat sekolah menengah di dunia.

Dari kompetisi ini lahir sejumlah ilmuwan muda yang penelitiannya berkonstribusi atas hal mulia. Tahun ini, para peneliti muda di antaranya menyajikan penelitian seputar potensi pengobatan kanker dan cara baru untuk mengkonversi knalpot mobil menjadi oksigen.

Kompetisi yang digelar untuk siswa kelas 9-12 ini terbagi dalam empat kategori penelitian independen, yaitu ilmu hewan, teknik, matematika, dan fisika. Tahun ini, lebih dari 1.500 orang dari 65 negara mengikuti kompetisi.

Colleger Radio- Dua peneliti muda tingkat sekolah menengah menemukan metode pengobatan kanker hemat biaya.

Metode tersebut dikembangkan Matius Feddersen dan Blake Marggraff dari Lafayette, California. Keduanya melakukan teknik pengobatan dengan cara menempatkan logam timah di dekat tumor sebelum terapi radiasi.

Penemuan duo remaja tersebut pun diganjar Gordon E Moore Award, sebuah penghargaan utama dalam Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF). Menurut situs Society for Science, selain pengakuan internasional, Feddersen dan Marggraff juga berhak atas uang USD75 ribu atau setara dengan Rp644 juta lebih (satu dollar Rp 8592,5).

Ajang ini membagikan berbagai penghargaan dalam beragam kategori, yaitu Intel Foundation Young Scientist Award, Nobel Prize Ceremony Trip, Grand Award (pemenang pertama hingga empat dari 17 kategori ilmiah), dan penghargaan “Best Of” untuk setiap kategori.

Michael Zaiken yang berusia 18 tahun dari Rochester, Minnesota, AS juga mendapatkan penghargaan. Dia meraih Grand Award untuk pertama kalinya berkat penemuan berupa mekanisme yang membuat sel kanker tertentu resisten terhadap semua bentuk pengobatan.

“Benar-benar luar biasa dan tak tergambarkan. Saya sudah mengikuti pameran ilmu pengetahuan selama enam tahun dan ini adalah pertama kalinya saya mendapatkan penghargaan. Meraih penghargaan dan bersaing di sini adalah pengalaman mengesankan,” kata Zaiken seperti dikutip dari situs Huffingtonpost, Selasa (17/5/2011).

Dalam penemuan tersebut, Zaiken mengukur jumlah dari dua protein yang berbeda yang dihasilkan dalam sel kanker setelah memperlakukan mereka dengan obat kemoterapi. "Ini memungkinkan saya untuk mengetahui bahwa salah satu sinyal memanipulasi sinyal lainnya sebagai metode untuk menekan sel alami kematian,” jelasnya.

Menurut Zaiken, mekanisme ini bisa dipelajari oleh para ilmuwan untuk menemukan cara dalam memerangi kanker.

Sementara itu, Smita Shukla dari Rutland, Massachutes, AS yang juga berusia 18 tahun mengatakan, ini merupakan tahun keduanya di ISEF. Dia sudah tiga tahun bersaing menggunakan proyek yang difokuskan pada obat kemoterapi. Sejauh ini, penelitian Shukla telah menyelamatkan kehidupan tiga orang.

Intel ISEF merupakan program yang berafiliasi dengan Society for Science and the Public. Ia merupakan kompetisi ilmu pengetahuan tingkat sekolah menengah di dunia.

Dari kompetisi ini lahir sejumlah ilmuwan muda yang penelitiannya berkonstribusi atas hal mulia. Tahun ini, para peneliti muda di antaranya menyajikan penelitian seputar potensi pengobatan kanker dan cara baru untuk mengkonversi knalpot mobil menjadi oksigen.

Kompetisi yang digelar untuk siswa kelas 9-12 ini terbagi dalam empat kategori penelitian independen, yaitu ilmu hewan, teknik, matematika, dan fisika. Tahun ini, lebih dari 1.500 orang dari 65 negara mengikuti kompetisi.


| Free Bussines? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

playlist

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

FB comments