Sebuah kampung yang kebanyakan warganya cacat ditemukan di Dusun Ulutaue Desa Mario Kecamatan Mare Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Hampir semua penduduknya mengalami kelainan fisik yakni hanya berjari tiga, baik kaki maupun tangan. Kelainan ini dialami warga dari yang berusia bayi hingga para lanjut usia.
Salah seorang sesepuh kampung yang ditemui mengatakan kelainan fisik itu sudah terjadi turun temurun. Mereka bahkan sudah pasrah karena meyakini bahwa yang mereka alami itu sudah digariskan oleh nenek moyang.
"Ini sudah keturunan, mulai dari nenek kami begini semua. Keturunan kami yang lahir pasti begini semua. Walaupun ada yang normal tapi kalau ada anaknya, begini juga tangannya," kata Umbang, sesepuh kampung tersebut.
Di tengah keterbatasan itu mereka tetap menjalani kegiatan sehari-hari sebagai nelayan. Sebagian besar dari mereka hidup miskin. Mereka juga cenderung menutup diri dari dunia luar.
Mereka mengaku selama ini tidak ada perhatian dari pemerintah setempat. Belum ada layanan kesehatan apalagi penelitian medis terkait kondisi turun temurun yang mereka alami itu.
Kurangnya perhatian itu dikeluhnya warga. "Kalau memang mau mestinya pemerintah datang menyembuhkan kami. Katanya ini penyakit gen, tapi mana buktinya sampai sekarang mereka tidak datang perhatikan kami," kata Ahmad, warga setempat.
Sebuah kampung yang kebanyakan warganya cacat ditemukan di Dusun Ulutaue Desa Mario Kecamatan Mare Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Hampir semua penduduknya mengalami kelainan fisik yakni hanya berjari tiga, baik kaki maupun tangan. Kelainan ini dialami warga dari yang berusia bayi hingga para lanjut usia.
Salah seorang sesepuh kampung yang ditemui mengatakan kelainan fisik itu sudah terjadi turun temurun. Mereka bahkan sudah pasrah karena meyakini bahwa yang mereka alami itu sudah digariskan oleh nenek moyang.
"Ini sudah keturunan, mulai dari nenek kami begini semua. Keturunan kami yang lahir pasti begini semua. Walaupun ada yang normal tapi kalau ada anaknya, begini juga tangannya," kata Umbang, sesepuh kampung tersebut.
Di tengah keterbatasan itu mereka tetap menjalani kegiatan sehari-hari sebagai nelayan. Sebagian besar dari mereka hidup miskin. Mereka juga cenderung menutup diri dari dunia luar.
Mereka mengaku selama ini tidak ada perhatian dari pemerintah setempat. Belum ada layanan kesehatan apalagi penelitian medis terkait kondisi turun temurun yang mereka alami itu.
Kurangnya perhatian itu dikeluhnya warga. "Kalau memang mau mestinya pemerintah datang menyembuhkan kami. Katanya ini penyakit gen, tapi mana buktinya sampai sekarang mereka tidak datang perhatikan kami," kata Ahmad, warga setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar